Tak ada yang tahu, bagaimana proses sebuah rasa benci bisa berubah menjadi
kagum.
Malam itu, rasanya seperti asing. Sudah berapa lama tak
bertemu? Dua tahun? Empat tahun? Atau.... ah sudahlah, rasanya waktu sudah
terlalu lama tidak mempertemukan aku dengan pria yang dahulu hanya ku kenal
sebagai sosok pria kecil yang menyebalkan, entah sejak kapan sosok nya berubah
menjadi pria bertubuh tinggi yang tampan dan menyenangkan. Bahkan, jauh lebih
menyenangkan dirinya yang sekarang, dibanding beberapa tahun silam. Ohiya,
perkenalkan. Aku Sheya, mahasiswi yang jatuh cinta pada dunia sastra, sayangnya
justru tercemplung masuk dalam jurusan seni. Tak apalah, karena lewat seni lah
aku justru bertemu dengan- Nya. Pertemuan yang tak pernah ku duga sebelumnya,
justru mengantarkan ku menjadi dekat dan
bahkan lebih dekat dengannya. Aku justru merasakan sesuatu yang berbeda
mengaliri aliran darah ku, entahlah aroma parfum khas jeruknya terus terusan
menyeruak, seolah seperti memaksa ku untuk mengingatnya. Baskara Alfio, pria
yang biasa disapa dengan panggilan Fio, kini telah berubah menjadi sosok pria
dewasa yang tampan, dengan postur tubuh yang tinggi dan bentuk badan yang cukup
atletis (tapi tidak berlebihan), dan sudah pasti dua lesum di kedua pipinya
yang dapat menyita banyak perhatian khususnya para wanita. Entah sejak kapan,
sosoknya benar benar membuat ku terkejut.
*****
Jika banyak orang yang mengatakan, bukan kah tak ada
salahnya jika wanita terlebih dahulu menyatakan perasaannya kepada pria?
Itung-itung sebagai salah satu bentuk emansipasi wanita. Sialnya, kalimat
seperti itu tak berlaku pada ku. Gengsi ku yang terlalu besar dan rasa malu ku
mengalahkan perasaan suka ku pada nya. Sepertinya, memang Tuhan mentakdirkan ku
hanya menjadi secret admirernya, tak lebih. Sekalipun aku bisa merasa lebih
dekat dengannya, itupun karena Fio yang menghubungi ku duluan, dan membicarakan
banyak tentang segala hal yang berhubungan dengan seni ataupun sastra.
Pembicaraan itu juga berlangsung sudah sekitar dua tahun lalu kalo tidak salah.
Sejak saat itu, sampai sekarang aku sendiri justru tak pernah tahu bagaimana
kabarnya. Kesibukan ku memaksa ku untuk lupa akan dirinya, mungkin memang lebih
baik seperti itu.
****
Malam ini aku sibuk melihat beberapa barang antik di
sebuah pameran di salah satu mall di daerah Jakarta. Keadaan yang sangat ramai,
membuat ku tak begitu memerhatikan
keadaan di sekelilingku dengan baik, tak begitu memerhatikan orang-orang yang
lalu lalang di hadapan ku dengan seksama.
“Shey?” aku menolehkan pandangan ku pada sumber suara yag memanggil ku.
“ Ha... hay” kataku dengan gugup,dengan sebuah seyum yang kurasa sedikit
memaksa. Jelas saja, semua rasa bercampur jadi satu. Kaget, senang, rindu,
semua terkumpul.
“ sendiri? Atau sama...”
“ Selalu sendiri hehehe “
Kerumunan orang yang begitu ramai, membuat Fio menarik tubuh ku untuk
keluar dari tempat itu. menggandeng tangan ku, seolah mengisaratkan ku untuk mengikuti langkah
kakinya.dan malam ini, rasanya aku seperti merasakan sesuatu yang hilang sudah
kembali. Seperti rasa sesak yang tak bisa ku jelaskan, beruntungnya sesak ku
bisa terobati dengan kehadiran nya. Sepertinya Fio memang memberikan udara
segar terendiri untuk ku.
Untuk ku yang sudah terlalu lama menahan rindu, tersimpan di bagian
terdalam hatiku. Kini, rindu itu bisa menguap dengan mudah seiring kehadirannya
saat ini. dan untuk mu pria kecil yang menyebalkan dahulu, telah berubah
menjadi sosok pria yang diam-diam mampu mengambil sebagian isi kepala ku, untuk
mengingatnya. Tentang sebuah keju yang menjadi hal favoritmu, semoga saja, Aku
juga menjadi bagian yang akan membuat mu memfavoritkan diriku. –Sheya Ananda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar