Aku memulai semua permainan ini dengan satu tarikan
nafas panjang. Menghela nafas ku yang cukup berat. Ada sesuatu yang tertanam
dalam celah nafas ku. Artikan saja sendiri.
*******
Kau menyentil ku dengan berbagai macam permasalahan.
Aku kalang kabut menanggapi sentilan mu yang menurut ku dahsyat. Tapi sialnya.
Kamu justru dengan santai menanggapinya.
“ mau membunuh ku secara perlahan yah? “
aku menatapnya dengan tatapan sinis. Menyebalkan sekali. Hati ku tak karuan menanggapi kelakuan bodohnya ini. Permainan apa lagi yang kau buat untuk ku? tak cukup kah kau telah menjebak ku dalam permainan di hatimu. Tak cukupkah kau lelah bermainan dengan suatu hal yang berhubungan dengan “hati” aku lelah, Sejujurnya. Dan kini? Kau kembali menyentil ku dengan sebuah permasalahan yang… entahlah aku terlalu sakit untuk menjelaskannya. Aku masih gentar dan mau mengikuti alur permainan mu, tapi kali ini,Kau dengan sepihak memutuskan ku begitu saja. Benarkah kita pernah merasa “bahagia” dalam suatu hubungan (yang katanya) cinta? Kalau benar. Inikah permainan tolol yang kau buat untuk ku menjauh darimu. Pantas saja, kau begitu santai menanggapi nya. Bodohnya aku masih saja memikirkan mu. Ayolah Tuhan buang jauh jauh rasa ku untuknya. Aku muak menyimpannya!
“ mau membunuh ku secara perlahan yah? “
aku menatapnya dengan tatapan sinis. Menyebalkan sekali. Hati ku tak karuan menanggapi kelakuan bodohnya ini. Permainan apa lagi yang kau buat untuk ku? tak cukup kah kau telah menjebak ku dalam permainan di hatimu. Tak cukupkah kau lelah bermainan dengan suatu hal yang berhubungan dengan “hati” aku lelah, Sejujurnya. Dan kini? Kau kembali menyentil ku dengan sebuah permasalahan yang… entahlah aku terlalu sakit untuk menjelaskannya. Aku masih gentar dan mau mengikuti alur permainan mu, tapi kali ini,Kau dengan sepihak memutuskan ku begitu saja. Benarkah kita pernah merasa “bahagia” dalam suatu hubungan (yang katanya) cinta? Kalau benar. Inikah permainan tolol yang kau buat untuk ku menjauh darimu. Pantas saja, kau begitu santai menanggapi nya. Bodohnya aku masih saja memikirkan mu. Ayolah Tuhan buang jauh jauh rasa ku untuknya. Aku muak menyimpannya!
Langkah ku gontai melewati dirinya dihadapanku
dengan langkah yang cepat. Alihkan saja muka mu jauh jauh darinya. Maunya
seperti itu. Tapi sialnya. Ada sesuatu yang sepertinya menarik wajahku untuk
sekedar menoleh kearahnya,brengsek.
“ sudah puas membunuhku dengan semua permainan mu”
aku lelah beradu argumen dengannya. Jelas saja,karena pada akhirnya aku selalu
kalah.
“ ayolah. Kita sudah terlalu dewasa harus selalu
membicarakan masalah ini. aku tidak pernah mempermainkan mu”
“ itu menurut mu. bagaimana dengan hatimu?” nada ku
tegas. Biarkan saja aku menatapnya dengan tatapan tajam. Dia tak pernah
mengerti bagaimana rasanya…..
“ sampai kapan kita akan membahas masalah ini? ini
hanya masalah spele yang tak harus dibesar besarkan” menurutmu. Tapi menurut
ku. Berbeda jauh dengan mu.
“ spele? Aku angkat tangan! Lelah! Spele untuk mu
karena telah mempermainkan ku bersama dengan hal hal diluar ekspetasi ku. tapi
untuk ku? “ yaTuhan kendalikan emosiku. Keringat ku mengucur pada bagian
punggung ku,aku merasakan tetesannya. Untung saja airmata ku juga tak ikut
menetes.
*******
Aku lelah bermainan dengan permainan mu, lelah
mengartikan semua rasa ke egoisan yang kita ciptakan sendiri. Sampai akhirnya.
Justru kitalah yang terjebak dalam permainan yang telah kita buat. Permainan ke
egoisan antara aku dan kamu. Terakhir untuk mu. Terimakasih telah menjadi salah
satu racun yang paling mematikan untuk ku. Pesona mu seperti menelusup hingga
ke dasar jiwa. Terimakasih telah membuat seni dalam kehidupan. Maksud ku luka.
Salah satu kutipan yang paling ku sukai “ seni dalam kehidupan adalah
luka,jangan tambahkan gula. Nikmati saja pahitnya” -@fikakh dan satu hal lagi.
Jangan pernah khawatirkan bagaimana keadaan ku saat ini. Bukankah kamu yang
mengatakan “kita sudah terlalu dewasa” jadi tenanglah, aku akan baik baik saja.
Meski tanpamu sekalipun. Dan percayalah. Aku takkan lagi membicarakan mengenai
mu! –dari ku untuk mu