Minggu, 23 Februari 2014

Terjebak Permainan


Aku memulai semua permainan ini dengan satu tarikan nafas panjang. Menghela nafas ku yang cukup berat. Ada sesuatu yang tertanam dalam celah nafas ku. Artikan saja sendiri.
                                                            *******
Kau menyentil ku dengan berbagai macam permasalahan. Aku kalang kabut menanggapi sentilan mu yang menurut ku dahsyat. Tapi sialnya. Kamu justru dengan santai menanggapinya.

 “ mau membunuh ku secara perlahan yah? “

aku menatapnya dengan tatapan sinis. Menyebalkan sekali. Hati ku tak karuan menanggapi kelakuan bodohnya ini. Permainan apa lagi yang kau buat untuk ku? tak cukup kah kau telah menjebak ku dalam permainan di hatimu. Tak cukupkah kau lelah bermainan dengan suatu hal yang berhubungan dengan “hati” aku lelah, Sejujurnya. Dan kini? Kau kembali menyentil ku dengan sebuah permasalahan yang… entahlah aku terlalu sakit untuk menjelaskannya. Aku masih gentar dan mau mengikuti alur permainan mu, tapi kali ini,Kau dengan sepihak memutuskan ku begitu saja. Benarkah kita pernah merasa “bahagia” dalam suatu hubungan (yang katanya) cinta? Kalau benar. Inikah permainan tolol yang kau buat untuk ku menjauh darimu. Pantas saja, kau begitu santai menanggapi nya. Bodohnya aku masih saja memikirkan mu. Ayolah Tuhan buang jauh jauh rasa ku untuknya. Aku muak menyimpannya!
Langkah ku gontai melewati dirinya dihadapanku dengan langkah yang cepat. Alihkan saja muka mu jauh jauh darinya. Maunya seperti itu. Tapi sialnya. Ada sesuatu yang sepertinya menarik wajahku untuk sekedar menoleh kearahnya,brengsek.
“ sudah puas membunuhku dengan semua permainan mu” aku lelah beradu argumen dengannya. Jelas saja,karena pada akhirnya aku selalu kalah. 
“ ayolah. Kita sudah terlalu dewasa harus selalu membicarakan masalah ini. aku tidak pernah mempermainkan mu”
“ itu menurut mu. bagaimana dengan hatimu?” nada ku tegas. Biarkan saja aku menatapnya dengan tatapan tajam. Dia tak pernah mengerti bagaimana rasanya…..
“ sampai kapan kita akan membahas masalah ini? ini hanya masalah spele yang tak harus dibesar besarkan” menurutmu. Tapi menurut ku. Berbeda jauh dengan mu.
“ spele? Aku angkat tangan! Lelah! Spele untuk mu karena telah mempermainkan ku bersama dengan hal hal diluar ekspetasi ku. tapi untuk ku? “ yaTuhan kendalikan emosiku. Keringat ku mengucur pada bagian punggung ku,aku merasakan tetesannya. Untung saja airmata ku juga tak ikut menetes.
                                                                        *******
Aku lelah bermainan dengan permainan mu, lelah mengartikan semua rasa ke egoisan yang kita ciptakan sendiri. Sampai akhirnya. Justru kitalah yang terjebak dalam permainan yang telah kita buat. Permainan ke egoisan antara aku dan kamu. Terakhir untuk mu. Terimakasih telah menjadi salah satu racun yang paling mematikan untuk ku. Pesona mu seperti menelusup hingga ke dasar jiwa. Terimakasih telah membuat seni dalam kehidupan. Maksud ku luka. Salah satu kutipan yang paling ku sukai “ seni dalam kehidupan adalah luka,jangan tambahkan gula. Nikmati saja pahitnya” -@fikakh dan satu hal lagi. Jangan pernah khawatirkan bagaimana keadaan ku saat ini. Bukankah kamu yang mengatakan “kita sudah terlalu dewasa” jadi tenanglah, aku akan baik baik saja. Meski tanpamu sekalipun. Dan percayalah. Aku takkan lagi membicarakan mengenai mu! –dari ku untuk mu

Selasa, 11 Februari 2014

Sujud mu

aku menarik nafas ku dalam dalam, seraya menghirup udara segar. rasanya kepala ku berat. ada banyak tumpukan persoalan yang seolah olah berdesakan dalam isi kepala . mulai dari memori penting sampai semua hal yang tak penting tertanam dengan baik dalam isi kepala ku.

" i, kangen bokap" aku membaca pesan singkat yang dikirimkan oleh salah satu teman ku. aku biasa dipanggil dengan panggilan " i " singkat sekali kan namaku. tak heran, kalau tiba tiba teman ku yang satu ini juga memanggil ku dengan panggilan tersebut. aku membiarkan pesan singkat itu begitu saja, tanpa membalasnya.

**
" lo tau gimana rasanya kehilangan dua orang ayah berturut turut ?" aku menoleh kepada pria ini. menggelengkan kepala sebagai tanda dari sebuah jawaban. " tidak " kataku dengan ragu. dia menarik nafasnya dalam dalam lalu menghembuskan nya dengan... tenang " rasanya seperti ada benda tajam yang tertancap dengan kuat sampai ke ulu hati. SAKIT " aku menatapnya dengan lekat dari samping. yaTuhan ada butiran airmata yang menetes jatuh ke pipinya. namanya Bana. iya Bana. pria ini hebat. hebat dalam menyembunyikan segala hal yang terjadi dalam hidupnya. entah memang kuat atau berpura pura untuk kuat. entahlah. aku mencoba menebak nebak tentangnya, tapi sialnya. sorot matanya selalu berhasil berpaling dariku. " i. gue kangen bokap .kangen. ketika ngeliat orang lain bisa dengan beruntungnya masih bisa mencium tangan ayahnya. dan gue? ada banyak doa yang terselip buat bokap dalam setiap sujud " katanya dengan tegar sembari menyerka butiran airmata yang mentes dipipinya. " sampai kapan lo bisa mendem rasa kangen lo sama bokap ?" kataku dengan nada yang sedikit gentar. aku menantangnya. sengaja mengajukan pertanyaan ini. hebat sekali dia. dengan mudahnya menyembunyikan hal ini, sedangkan dia sendiri tak pernah berusaha mengungkapkan rasa rindunya. " lo gila. kalau bokap masih hidup gue juga ngga akan ragu buat bilang kalau gue sayang beliau. Bokap udah ngga ada i "  nadanya meninggi, sorot matanya berubah jadi lebih arogan
" lo yang tolol. berfikir lebih realistis sedikit. rasa kangen lo itu pertanda bokap juga kangen lo ngedoain dan  mengirimkan doa buat beliau disana. buat rasa kangen lo tersampaikan lewat setiap sujud dalam ibadah dan ayat ayat al qur'an yang mengalun melalui diri lo " aku menghela nafasku. menyerah. Bana sudah terlalu dewasa untuk masalah semacam ini. 
***

aku melangkah kan kaki ku gontai memasuki rumah Bana. pria ini sudah seperti keluarga sendiri untuk ku. tak heran kalau aku bisa dengan mudahnya keluar masuk rumahnya. aku menghentikkan langkah ku. ketika menyadari pria ini sedang khusyuk sholat berjama'ah bersama Ibu dan seorang adik perempuannya. 
" kadang kita perlu belajar, buat jadi pribadi yang ikhlas ketika kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidup. semua orang punya rasa ikhlas, tapi ngga semua punya niat yang kuat "

kalian perlu belajar menghargai tiap detik yang terjadi pada diri kalian. belajarlah untuk mengungkapkan apa yang kalian rasakan pada orang orang tercinta. Percayalah.lebih menyakitkan kehilangan seorang salah satu dari orangtuamu dibandingkan kehilangan seorang..... pacar.
thank your for @Alsbana .