Aku menarik selimut ku yang mulai turun jatuh ke lantai. Membiarkannya menghangatkan tubuh mungil ku ini. Tik…tik..tik.. bunyi detak jarum jam selalu membuat ku merasa tenang. Entahlah. Ini seperti nada nada terindah yang mampu membangkitkan mood ku kembali.
****
“ Jika aku adalah
bagian dari sinar suryamu. Tolong jangan biarkan aku menjauh dari mu” – dari Ai
untuk Ara. Aku menuliskan kalimat itu pada bloknote ku,dan kembali menutupnya,
menyimpan rapat rapat setiap hal yang ku tulis. Berharap. Apa yang aku tulis
Ara juga bisa merasakan semuanya dengan baik. Tapi sayang, itu mustahil
terjadi. Aku dan Ara saat ini hanya akan menjadi mimpi belaka,sekaligus
serpihan masa lalu. Kami menjauh dari segala hal yang berhubungan satu sama
lain. Lebih tepatnya melarikan diri,dan mencoba menjadi pengecut satu sama
lain. Sejujurnya aku lelah menjadi sosok seperti ini. Tapi Ara? Entahlah. Dia
seperti tak pernah merasakan lelah dan rasa sesak yang ku rasakan setiap kali
kami bertindak bodoh seperti ini.
Aku kembali membolak
balik setiap halaman novel yang sedang ku baca saat ini. berusaha menuangkan
seluruh perhatian ku pada novel ini. Sialnya. Pikiran ku justru kabur,
memikirkan segala hal yang (lagi-lagi) berhubungan dengan Ara. “ Berhenti! Ku
bilang berhenti” aku memaki diriku sendiri untuk berhenti memikirkan
tentangnya. Tuhan jangan buat ku rapuh karenanya. Rasa sesak ku sudah cukup
parah, ketika aku harus bertindak bodoh tersenyum rapuh di depannya.
“ kamu berhasil membuat
ku jatuh dalam permainan dan ekspetasi mu. Dan tolong. Jangan buat ku kembali
jatuh padamu” – dari Ai untuk Ara. Ara hebat. Dia berhasil membuat ku jatuh
hati padanya. Berhasil membuat ku tak pernah mau beranjak dari rasa sakit ku.
Dan berhasil membuat goresan tajam pada relung hatiku. Ini pertemuan pertama
kami (kembali) setelah kami berusaha melarikan diri dari segala hal yang
berhubungan antara Aku dan Ara satu satu sama lain.
“ Ai, kita sudah sama sama dewasa. Bukankah kamu
lelah harus selalu bersikap menghindar seperti ini? jujur aku lelah” kata Ara
yang sambil mengusap kepala ku dengan lembut. Brengsek. Perasaan apa yang
mengalir dalam aliran darah ku saat ini. aku tak mungkin jatuh cinta padanya
kembali.
“ menghindar? Bukankah
kamu. yang memintaku untuk menjauhi mu? Ara. Aku juga sama seperti mu. Sama lelahnya. Dadaku sakit, ketika
melihatmu mengabaikan ku” kataku dengan lirih.
“ Ai. jangan menangis.
Perempuan kuat seperti mu tak pantas menangisi pria seperti ku. Aku mencintai
mu Ai. Entah kapan, Aku akan menemui mu di Inggris. Selamat juga untuk mu yang
berhasil melanjutkan study mu disana”
*****
“ Jika aku hanya
sebagai debu dari masa lalu mu. Biarkan aku pergi. Dan bernafas dengan lega” –
dari Ai untuk Ara. Kepalaku sakit. ada sesuatu yang mengganjal dalam isi
kepalaku, rasanya seperti beban. Tunggu. aku ingat apa yang menjadi beban ku
“Ara berjanji menemui ku di Inggris?” yaTuhan jebakan apalagi yang dibuat
olehnya untuk membuat ku jatuh hati
padanya. Aku memiliki banyak alasan kenapa aku harus pergi ke Inggris.
Pertama, aku selalu suka bunyi detak jarum jam dan lonceng, rasanya aku ingin
mengunjungi The clock Tower atau yang lebih dikenal dengan Big Ben. Kedua , aku
ingin mengunjungi London Eye,salah satu simbol yang merupakan modernitas Britania
Raya. Aku ingin berada pada puncak tertinggi London Eye di ketinggian 135
meter. Siapa tau Tuhan akan mempertemukan ku dan Ara di puncak tertinggi London
Eye. Karena dari atas sana aku akan bisa melihat pemandangan indah keseluruhan
kota Inggris sejauh 40kilometer bersama dia yang ku cinta. Ara.
******
ini salah satu cerita fiksi yang gue bikin buat blog contest #InggrisGratis ala https://twitter.com/MisterPotato_ID