Minggu, 25 Mei 2014

The Second Love From The London Eye


Aku menarik selimut ku yang mulai turun jatuh ke lantai. Membiarkannya menghangatkan tubuh mungil ku ini. Tik…tik..tik.. bunyi detak jarum jam selalu membuat ku merasa tenang. Entahlah. Ini seperti nada nada terindah yang mampu membangkitkan mood ku kembali.
                                                                        ****
“ Jika aku adalah bagian dari sinar suryamu. Tolong jangan biarkan aku menjauh dari mu” – dari Ai untuk Ara. Aku menuliskan kalimat itu pada bloknote ku,dan kembali menutupnya, menyimpan rapat rapat setiap hal yang ku tulis. Berharap. Apa yang aku tulis Ara juga bisa merasakan semuanya dengan baik. Tapi sayang, itu mustahil terjadi. Aku dan Ara saat ini hanya akan menjadi mimpi belaka,sekaligus serpihan masa lalu. Kami menjauh dari segala hal yang berhubungan satu sama lain. Lebih tepatnya melarikan diri,dan mencoba menjadi pengecut satu sama lain. Sejujurnya aku lelah menjadi sosok seperti ini. Tapi Ara? Entahlah. Dia seperti tak pernah merasakan lelah dan rasa sesak yang ku rasakan setiap kali kami bertindak bodoh seperti ini.

Aku kembali membolak balik setiap halaman novel yang sedang ku baca saat ini. berusaha menuangkan seluruh perhatian ku pada novel ini. Sialnya. Pikiran ku justru kabur, memikirkan segala hal yang (lagi-lagi) berhubungan dengan Ara. “ Berhenti! Ku bilang berhenti” aku memaki diriku sendiri untuk berhenti memikirkan tentangnya. Tuhan jangan buat ku rapuh karenanya. Rasa sesak ku sudah cukup parah, ketika aku harus bertindak bodoh tersenyum rapuh di depannya. 

“ kamu berhasil membuat ku jatuh dalam permainan dan ekspetasi mu. Dan tolong. Jangan buat ku kembali jatuh padamu” – dari Ai untuk Ara. Ara hebat. Dia berhasil membuat ku jatuh hati padanya. Berhasil membuat ku tak pernah mau beranjak dari rasa sakit ku. Dan berhasil membuat goresan tajam pada relung hatiku. Ini pertemuan pertama kami (kembali) setelah kami berusaha melarikan diri dari segala hal yang berhubungan antara Aku dan Ara satu satu sama lain.
“ Ai,  kita sudah sama sama dewasa. Bukankah kamu lelah harus selalu bersikap menghindar seperti ini? jujur aku lelah” kata Ara yang sambil mengusap kepala ku dengan lembut. Brengsek. Perasaan apa yang mengalir dalam aliran darah ku saat ini. aku tak mungkin jatuh cinta padanya kembali.
“ menghindar? Bukankah kamu. yang memintaku untuk menjauhi mu? Ara. Aku juga sama seperti  mu. Sama lelahnya. Dadaku sakit, ketika melihatmu mengabaikan ku” kataku dengan lirih.
“ Ai. jangan menangis. Perempuan kuat seperti mu tak pantas menangisi pria seperti ku. Aku mencintai mu Ai. Entah kapan, Aku akan menemui mu di Inggris. Selamat juga untuk mu yang berhasil melanjutkan study mu disana”
                                                                        *****

Jika aku hanya sebagai debu dari masa lalu mu. Biarkan aku pergi. Dan bernafas dengan lega” – dari Ai untuk Ara. Kepalaku sakit. ada sesuatu yang mengganjal dalam isi kepalaku, rasanya seperti beban. Tunggu. aku ingat apa yang menjadi beban ku “Ara berjanji menemui ku di Inggris?” yaTuhan jebakan apalagi yang dibuat olehnya untuk membuat ku jatuh hati  padanya. Aku memiliki banyak alasan kenapa aku harus pergi ke Inggris. Pertama, aku selalu suka bunyi detak jarum jam dan lonceng, rasanya aku ingin mengunjungi The clock Tower atau yang lebih dikenal dengan Big Ben. Kedua , aku ingin mengunjungi London Eye,salah satu simbol yang merupakan modernitas Britania Raya. Aku ingin berada pada puncak tertinggi London Eye di ketinggian 135 meter. Siapa tau Tuhan akan mempertemukan ku dan Ara di puncak tertinggi London Eye. Karena dari atas sana aku akan bisa melihat pemandangan indah keseluruhan kota Inggris sejauh 40kilometer bersama dia yang ku cinta. Ara.

 ******
ini salah satu cerita fiksi yang gue bikin buat blog contest #InggrisGratis ala https://twitter.com/MisterPotato_ID